Selasa, 30 Juni 2009

negeri dan nurani

Negeri Ini Kering Nurani

Senja itu di sebuah perguruan tinggi swasta di negeri ini sedang berlangsung ujian pertengahan semester. Ujian belum mulai dan para mahasiswa terlihat bersiap-siap mengikuti ujian tersebut. Ada yang sekedar membaca buku pegangan, ada yang menghafal. Bahkan terlihat seorang mahasiswi yang sedang menyalin apa yang ada di buku tersebut di papan kerja di kurisnya. Bisa jadi karena sudah menjadi hal yang biasa dilakukan untuk mata kuliah tertentu, hal ini dianggap suatu kewajaran. Tapi kejadian ini lebih menyedihkan lagi karena yang menyalin tersebut adalah muslimah berjilbab. Dan mata kuliah yang sedang diujikan adalah Agama Islam.! cerita lain tentang perjalanan hidup www.formulahidupku.blogspot.com

Negeri Ini Nurani Terhimpit Materi

Di belahan wilayah kehidupan yang lain, di sisi gedung-gedung menjulang nan megah, di antara gemerlapnya keihdupan kota dan kerasnya kehidupan itu sendiri. Sepasang suami istri beserta dua anaknya sedang lahapnya menyantap rizki makan siangnya yang berupa dua bungkus nasi dengan sepotong tempe dan ditemani seplastik air putih. Langit adalah atap rumah mereka sementara bumi adalah alasnya sudah biasa mereka jalani. Berpindah-pindah dari satu petak lahan kosong dipinggir kali yang dapat dijadikan lahan untuk tanaman lalapan sekedar bertahan untuk hidup. cerita lainnya www.cimbit.blogspot.com

Negeri Ini Nurani Bisa Dibeli

Adegan dagelan yang tak lucu juga berlangsung di negeri ini. Sebagian besar komunitas yang merasa mewakili hampir 210 juta manusia dengan dalih mempertahankan integritas bangsa menjilat ludah yang sudah dikeluarkan. Berteriak reformis padahal oprtunis. Undang-undang laksana Tuhan yang tidak boleh dibantah dan diubah. Ibarat syetan yang harus ditakuti kekeramatannya. Dan rakyat membayar mahal 20 milyar untuk sebuah pesta bicara tersebut. Bukan sekedar ini masalah kuantitas nominal juga harga diri dan kehormatan sebagai manusia dimata tuhannya. Gelora jiwa sebagian besar masyarakat Indonesia yang takut akan kekuasaan-Nya, termentahkan dengan ditolaknya syariat Islam masuk kedalam undang-undang. Mereka seolah berkata, wahai Tuhan, Engkau boleh menciptakan alam semesta untuk kami, Engkau boleh memberikan udara dan air untuk kehidupan kami, Engkau boleh ciptakan tumbuh-tumbuhan, hewan, matahari, angin, laut dan apapun untuk kesejahteraan kami. Tapi, jangan sekali-kali Engkau campuri kehidupan kami wahai Tuhan, Kami lebih mengetahui tentang kehidupan kami daripada diri-Mu. Kami dapat menciptakan aturan yang lebih baik darimu. Jangan sekali-kali Engkau atur kami dengan aturan dan kehendak-Mu, jangan kekang kami dengan syari'at-Mu. Persetan denganmu Wahai Tuhan, persetan dengan syariat Islam ! Tinggalkan kami !!! cerita lainnya www.zulnaldy.blogspot.com

Di Negeri Ini Nurani Berada Dalam Penjara Es

Beberapa kilometer dari puncak pass, terbentang sebuah keangkuhan jiwa-jiwa dalam gemerlap dunia. Berhektar-hektar pepohonan pupus seiring berdirinya istana-istana tanpa nurani. Mengusir tuan-tuan pemilik tanah dengan impian yang dihembuskan. Tak peduli apakah sang tanah menceracau dan sang air melabrak jejak-jejaknya yang tertimbun sang beton istana. Episode kota bunga semerbak yang bertetangga dengan (kota) bunga liar dan rerumputan.

Di Negeri ini Nurani Masuk Ke Dalam Kantong

Pejabat wilayah yang setuju sebuah pulau menjadi tempat kemaksiatan, kawasan judi dan pelacuran 'berhasil' di terima pertanggung jawabannya oleh sebagian besar pejabat juga. Sementara mata-mata yang memicingkan jabatannya telah rela mengeluarkan ratusan bahkan milyaran dana -yang entah didapat darimana- untuk merebut tahtanya tersebut.

Negeri Ini Miskin Nurani

Sebuah barisan putih nan panjang yang meneriakkan sebuah ungkapan cinta dalam persaudaraan dalam Islam dicap fundamentalis. Sebuah komunitas penggerak perubahan dalam jubah-jubahnya menjadi sasaran water canon dan target empuk senapan pembelian saudaranya sendiri. Sementara barisan hitam nun jauh di sana berperut tambun penuh dengan harta neraka berfoya-foya tanpa rasa malu pada Rabb mereka, mereka menamakan diri mereka sendiri sebagai kaum penyelamat bangsa

dapatkan cerita masalah budaya dan tradisi2 yang berkembang di negeri ini di www.kuansingkotajalur.blogspot.com

Tidak ada komentar: